Categories
Design Insight

Desainer Generalis atau Spesialis?

Ketika kamu mempunyai masalah yang tidak bisa kamu atasi, pasti kamu akan mencari bantuan seseorang.

Misalnya kamu memerlukan desain logo untuk perusahaan kamu. Siapa yang akan kamu cari? Desainer yang memiliki banyak kemampuan, seperti membuat web, mengambar illustrasi, fotografi, dan membuat logo atau kamu akan mencari Desainer yang memang keahlian-nya membuat logo.

Secara umum orang akan memilih yang kedua. Mengapa? Karena orang kedua akan memberikan hasil yang lebih dapat diandalkan karena dia adalah seseorang ahli yang tau lebih dalam tentang seluk-beluk merancang sebuah logo, dibandingkan desainer yang pertama.

Dari sudut pandang diatas nampaknya semua akan setuju, bahwa Desainer harus memiliki spesialisasi jika ingin memperoleh kesempatan lebih besar agar menjadi pilihan utama.

Namun ada sudut pandang lain, ketika sebuah perusahaan mencari kandidat seorang Desainer, secara umum perusahaan-perusahaan akan memilih kandidat Desainer yang menguasai kemampuan lebih banyak dibandingkan dengan Desainer yang spesifik menguasai satu kemampuan tertentu. Hal ini dilakukan agar perusahaan tidak perlu merekrut banyak desainer, tujuanya untuk efisiensi karyawan.

Jika dari sudut pandang diatas, Desainer yang memiliki kemampuan Generalis menjadi pilihan utama.

Lalu kita harus menjadi desainer generalis atau desainer spesialis? Sebelum memilih mari kita lihat dulu kelebihan masing – masing.

Desainer Generalis

Ketika Paula Schre (Pentagram) ditanya pedapat-nya tentang spesialisasi vs generalisasi, Paula menjawab “spesialisasi itu sempit, generalisasi itu luas. seorang generalis dapat mencoba lebih banyak hal.”

Selain yang dikatakan Paula, seorang generalis juga akan membuat alur kerja sebuah tim menjadi lebih efisien, karena dia akan bisa mengerjakan hal yang lain secara bersaamaan. dengan demikian dia dapat melihat alur kerja sebuah proyek secara keseluruhan.

Christ Thenwell dari envato mengatakan “Kami membutuhkan orang-orang yang memiliki berbagai keterampilan. Hari ini mereka (desainer) dapat melakukan riset pengguna, mewawancarai pelanggan, menulis survei, menganalisis hasil, dll. Di hari berikutnya mereka akan mendesain sebuah visual. Ada saatnya juga mereka bekerja sama dengan Front-end Developer, bahkan hingga menulis kode. “

Christ menambahkan “Sebuah tim yang dibangun dari para desainer generalis adalah sebuah tim yang dapat menghandel banyak pekerjaan desain.”.

Seorang desainer generalis akan mudah beradaptasi, dan dapat menyelesaikan masalah secara efektif. Seorang generalis, bisa memperluas keahlian desainnya, membuatnya lebih flexible dan mudah masuk kelingkungan kerja baru.

Desainer Spesialis

Seorang desainer yang memiliki kemampuan khusus dan menguasai sesuatu hal dengan sangat baik, orang-orang akan mencarinya karena kemampuanya.

Desainer spesialis yang sudah berpengalaman akan memiliki kompetitor yang sedikit, semakin langka dan semakin dicari. Dengan kompetitor yang sedikit dan kemampuan yang khusus seorang desainer spesialis memiliki harga tawar yang tinggi.

“Ada peran tertentu yang membutuhkan kemampuan teknis atau kemampuan desain tingkat tinggi, di mana sangat penting untuk tetap dipercayakan kepada spesialis,” kata Maggie McKosky, (Shutterstock, New York).

Spesialis mampu melihat masalah dengan sangat spesifik dan menciptakan solusi yang sangat spesifik. karena dia memang benar-benar fokus mendalami kemampunyanya tersebut.

“Seorang spesialis mampu menemukan hal-hal yang mendalam dan menemukan ide-ide baru dan menyebarkan pengetahuan itu kepada para generalis, tanpa seorang spesialis para generalis tidak akan menemukan pengetahuan atau ide-ide tersebut” Jamal Nicholas (Truth About Design).

Masih banyak kelebihan dari Desainer Generalis maupun Desainer Spesialis, namun dengan sedikit pemaparan diatas apakah kamu sudah condong untuk memilih salah satunya?

Sabar jangan dulu memilih karena di artikel berikutnya insyaallah saya akan membahas tentang kekurangan masing-masing.

Dengan mengetahui kelebihan sekaligus kekurangan masing-masing, kamu bisa memilih secara objektif diantara keduanya atau bahkan mungkin ada pilihan yang tidak terduga.

akan berlajut ke bagian 2…

catatan kaki : tulisan pertama saya ini disadur dari beberapa sumber.

Categories
Insight

Good Strategy Bad Strategy

Mengambil referensi dari buku Rumelt Richard, Good Strategy Bad Strategy – The Difference and Why it Matters, rupanya banyak dari kita yang salah dalam mengartikulasikan apa yang dimaksud dengan strategi. Kadang kita mencampuradukan antara tujuan, harapan, visi dengan strategi, dan oleh karena itu tidak tercipta koherensi aksi karena pesan yang tidak jelas.

Kita ambil sebuah kasus, ada sebuah perkataan pelatih bola yang ketika ditanya bagaimana caranya dia memenangkan sebuah pertandingan, kemudian dia menjawab “kami akan kerahkan semua kemampuan yang terbaik untuk memenangkan pertandingan ini”. Ketika pertandingan semakin panas dan masuk pada waktu half time, saatnya untuk mengevaluasi taktik dan strategi, pelatih itu hanya terus menyampaikan “kita jangan menyerah”, “kita pasti menang”, dan sejenisnya. Kata-kata itu memang bertujuan menyemangati, menaikan moral, tetapi itu bukanlah strategi.

Pada sebuah kasus yang lain, ada seorang pengusaha yang sedang melakukan bisnis, katakanlah berjualan bakso. Ketika ditanya bagaimana strategi dia agar bisnisnya sukses, dia kemudian berkata “Selama kita gigih dan tidak menyerah, kesuksesan akan menghampiri kita”. Pernyataan-pernyataan semacam ini atau seperti pelatih diatas bukanlah strategi, tapi sebuah tujuan, harapan, atau dukungan moral. Menganggap ini sebuah strategi menjadi berbahaya karena secara pribadi atau organisasi tidak tercipta sebuah panduan yang jelas bagaimana dirinya atau organisasinya mencapai tujuan. Aksi tercipta secara spontan, kadang kontraproduktif. Satu person dengan person lain tidak terjadi koherensi sehingga aksinya tidak terlalu efektif.

Melihat hal tersebut maka kita harus memiliki kerangka berpikir terkait strategi. Maka ketika kita mendiskusikan strategi harus ada tiga hal yang harus didefinisikan dengan jelas :

  1. Mendefinisikan Masalah. Strategi dibahas dan disusun untuk mengatasi sebuah masalah, maka hal pertama yang harus didefinisikan dengan jelas adalah mendefinisikan masalah. Hal ini bukan perkara mudah, karena pada realitasnya kadang masalah yang kita hadapi terlihat kompleks. Misal ada seorang pengusaha toko yang dikedepankan opsi-opsi seperti “apakah saya harus tambah jam buka?”, “apakah saya harus tambah kasir?”, “apakah saya harus ubah inventori?”, “bagaimana saya harus menetapkan harga?”. Banyak sekali opsi dan terasa kompleks. Oleh karena itu pada saat mendefinisikan masalah perlu disederhanakan pada satu topik. Misal kasus pemilik toko ini, maka permasalahannya perlu disederhanakan terlebih dahulu dengan pertanyaan “Segmentasi pasar apa yang ingin disasar?”, dengan menjawab pertanyaan ini, maka pertanyaan-pertanyaan turunan dapat bisa dijawab disesuaikan dengan definisi masalah utama yaitu segmentasi pasar.
  2. Membangun Kebijakan Umum. Dari definisi masalah tadi kemudian diturunkan kepada kebijakan umum yang sifatnya global sebagai panduan untuk menurunkan kepada aksi-aksi dibawahnya. Misal kasus pandemik Covid-19, jika kita lihat fakta permasalahannya tentu rumit. Disatu sisi terjadi transmisi yang luas, tetapi disisi lain ada faktor ekonomi yang terimbas, sehingga banyak yang tidak dapat menjawab dengan tegas bagaimana menghadapinya. Tetapi jika kita kembalikan kepada kerangka diatas, maka hal pertama yang perlu didefinisikan adalah masalah. Tanpa definisi yang jelas dan benar, maka aksi yang dilakukan akan banyak kontradiktif. Jika definisi masalah jelas misal “Ini masalah kesehatan, kita harus menghentikan penyebarannya“. Dari sini kita memiliki setidaknya acuan awal untuk berpikir, kemudian apa yang dimaksud dengan kebijakan umum, adalah semisal “Wabah itu seperti api yang membakar kayu bakar, selama kayu bakar itu ada api itu tidak akan padam“, maka kita membuat acuan global bahwa harus dilakukan isolasi agar wabah tidak menyebar. Dari panduan umum ini baru kita berbicara teknis.
  3. Koherensi Aksi. Karena masalah dan kebijakan umum sudah digariskan, kita sudah bisa membicarakan teknis yang variasinya bisa sangat banyak. Misal terkait pandemik, bagaimana aspek sosial ekonomi dan sebagainya? Karena kebijakan umumnya adalah isolasi maka semua aksi-aksi teknis baik dari segi kesehatan dan ekonomi akan dilakukan sejalan dengan kebijakan umum tersebut, walaupun dengan plus minusnya. Tetapi dengan kerangka ini diharapkan terjadi koherensi aksi, sehingga satu aksi dengan aksi lain terus berkesinambungan.

Tentu sebagai manusia keputusan-keputusan strategis kadang salah, tetapi dengan membangung kerangka berpikir strategis yang benar, diharapkan terjadi koherensi aksi, pesan yang tersampaikan pada semua stakeholder jelas, sehingga tidak terjadi kebingungan, kontradiktif. Walaupun terkait hasil tidak dapat dipastikan, karena domain-nya manusia adalah usaha, terkait hasil diserahkan kepada Allah SWT.